TUGAS LPIR

20.03 Edit This



MENYEMBUHKAN PENYAKIT CACAR AIR DENGAN MEMANFAATKAN TANAMAN JAGUNG MUDA




OLEH :

1. Lutfi Mutiatu Diniah.
2. Mahmuda Nur Komariyah.
3. Nadhifa Zulfa Salsabila.





SMPN 1 JETIS
JL. Jendral Sudirman No.28A Jetis Ponorogo
Phone : +62 +352 311830, Fax : +62 +352 313589
www.smpn1jtspo.sch.id



LEMBAR PENGESAHAN


MENYEMBUHKAN PENYAKIT CACAR AIR DENGAN MEMANFAATKAN TANAMAN JAGUNG MUDA

Nama Penulis :

1. Lutfi Mutiatu Diniah.
2. Mahmuda Nur Komariyah.
3. Nadhifa Zulfa Salsabila.



Pembimbing I : Pembimbing II :




Agung Wahyu Hermawan, ST Dwi Sujatmiko, A. Md
NIP : 197501232009031001


Kepala Sekolah :




Nunuk Sri Murni Karyati, MPd
NIP : 130792456



Disahkan dan disetujui :
Di : Jetis
Tanggal : 25 Mei 2010








KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah untuk Lomba Penelitian Ilmiah Remaja Tingkat SMP tahun 2010.

Makalah ini kami sajikan berdasarkan hasil penelitian kami sebagai upaya keikut sertaan dalam lomba karya ilmiah remaja tingkat SMP dengan tema ”Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Untuk Membangun Masyarakat”. Ini semua merupakan wujud kreatifitas dan inovasi dari kami.

Makalah ini kami susun dengan bantuan beberapa nara sumber yang telah berpengalaman dan tahu betul dalam penulisan makalah (guru pembimbing & pihak lain). Makalah ini kami tulis dengan susunan berdasarkan lampiran petunjuk punulisan makalah yang kami terima dari sekolah.

Semoga kehadiran makalah ini dapat membantu dalam upaya memanfaatkan sumber daya alam dengan sebaik mungkin. Dan akhirnya kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari anda semua sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Terima Kasih.

Penulis







DAFTAR ISI

1. Judul
2. Lembar Pengesahan
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi
5. Pendahuluan
 Latar Belakang Masalah
 Gagasan Kreatif dan Inovatif
 Tujuan Penelitian
 Manfaat
6. Telaah Pustaka
 Landasan Teori atau Konsep
 Kehandalan Perekayasaan Rancang Bangun
7. Metode Penulisan
8. Isi / Pembahasan
9. Daftar Pustaka
10. Daftar Riwayat Hidup
11. Lampiran















PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Kita tahu bahwa bahwa penyakit kulit yang menular seperti cacar air di Indonesia khususnya di Ponorogo, Jawa Timur semakin meningkat. Sebenarnya, penyakit ini bisa cepat menular karena daya tahan tubuh menurun, kontak langsung dengan si penderita, kondisi lingkungan yang kurang sehat, dan faktor-faktor lain.
Dapat diambil contoh yaitu pada lingkungan tempat tinggal kami. Ada banyak orang yang menderita penyakit cacar air. Ketika salah satu penderita penyakit cacar air kontak langsung dengan orang yang pada saat itu daya tahan tubuhnya sedang menurun maka proses penularannya semakin cepat. Dan orang yang terkena penyakit itu sulit untuk disembuhkan.
Pada waktu itu, orang yang terkena penyakit langsung merasakan gatal pada sekujur tubuhnya, disertai tubuh yang panas, pusing, dan juga lemas. Semua gejala itu berlangsung selama 3 hari. Kemudian orang tuanya memberi parutan jagung ke sekujur tubuhnya, itu diberikan selama 3 hari sampai sembuh.
Dari semua itu, kami ingin mengetahui zat apa yang terkandung dalam jagung, sehingga bisa menyembuhkan penyakit cacar air. Dari semua itu. Kami menetapkan judul MENYEMBUHKAN PENYAKIT CACAR AIR DENGAN MEMANFAATKAN TANAMAN JAGUNG MUDA.











B. Gagasan Kreatif dan Inovatif

Kami memilih obyek penelitian berupa penyembuhan penyakit cacar air dengan menggunakan tanaman jagung muda(janten) karena di lingkungan kami masih banyak orang yang terjangkit penyakit cacar air. Dan ada orang yang menggunakan tanaman jagung sebagai media penyembuhan. Sehingga kami ingin meneliti kandungan zat yang terkandung dalam jagung muda ( janten), dengan begitu penderita cacar air tidak perlu mengonsumsi obat-obatan yang memiliki efek samping berlebih.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk memanfaatkan tanaman herbal dalam membantu penyembuhan penyakit cacar air.
2. Untuk membantu penderita yang tidak suka mengonsumsi obat-obatan.
3. Untuk mempercepat pengeringan cairan yang keluar dari lenting/benjoalan.
4. Untuk memudahkan masyarakat pedesaan menyembuhkan penyakit cacar air tanpa harus ke kota.

D. Manfaat

1. Bagi Tim Peneliti
 Mempunyai pengalaman tersendiri dalam memecahkan suatu permasalahan (problem solving).
 Mempunyai pengalaman dalam mengolah data dalam penelitian.
 Mempunyai pengalaman dalam menemukan obat alternative Mempunyai pengalaman dalam melakukan penelitian.
 Mempunyai pengalaman dalam membuat makalah karya ilmiah.
 Mempunyai pengalaman dalam mengikuti lomba karya ilmiah.
 Mempunyai pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah seperti yang dilakukan para ilmuwan dalam melakukan penelitian.


2. Bagi Masyarakat

 Dapat digunakan sebagai pengganti obat-obatan mahal.
 Memudahkan dalam penyembuhan penyakit cacar air
 Bahan obat lebih mudah dicari






























BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. JAGUNG

Jagung adalah makanan pokok sekaligus bahan obat-obatan tradisional. Biasanya ditemukan di daerah yang bercuaca panas. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

B. Kandungan Zat yang ada pada jagung

Informasi komposisi kimia proksimat cukup banyak tersedia. Keragaman
data pada masing-masing komponen gizi sangat besar. Tabel 2 menunjukkan
komposisi kandungan zat gizi pada berbagai tipe jagung. Keragaman
komposisi tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik maupun lingkungan.
Pati
Komponen utama jagung adalah pati, yaitu sekitar 70% dari bobot biji.
Komponen karbohidrat lain adalah gula sederhana, yaitu glukosa, sukrosa
dan fruktosa, 1-3% dari bobot biji. Pati terdiri atas dua jenis polimer glukosa,
yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan rantai unit-unit D-glukosa
yang panjang dan tidak bercabang, digabungkan oleh ikatan a(14),
sedangkan amilopektin strukturnya bercabang. Ikatan glikosidik yang
Tabel 1. Komposisi kimia jagung berdasarkan bobot kering.
Komponen Biji utuh Endosperma Lembaga Kulit ari Tip cap
Protein (%) 3 , 7 8 , 0 18, 4 3 , 7 9 , 1
Lemak (%) 1 , 0 0 , 8 33,2 1 , 0 3 , 8
Serat kasar (%) 86,7 2 , 7 8 , 8 86,7 -
Abu (%) 0 , 8 0 , 3 10,5 0 , 8 1 , 6
Pati (%) 71,3 87,6 8 , 3 7 , 3 5 , 3
Gula (%) 0,34 0,62 10,8 0,34 1 , 6
Sumber: Inglett (1987).
Suarni dan Widowati: Struktur, Komposisi, dan Nutrisi Jagung 413
menggabungkan residu glukosa yang berdekatan dalam rantai amilopektin
adalah ikatan a(14), tetapi titik percabangan amilopektin merupakan
ikatan a(16). Bahan yang mengandung amilosa tinggi, jika direbus
amilosanya terekstrak oleh air panas, sehingga terlihat warna putih seperti
susu (Lehninger 1982).
Bobot molekul amilosa dan amilopektin bergantung pada sumber
botaninya. Amilosa merupakan komponen dengan rantai lurus, sedangkan
amilopektin adalah komponen dengan rantai bercabang. Amilosa
merupakan polisakarida berantai lurus berbentuk heliks dengan ikatan
glikosidik -1,4 (Gambar 2). Jumlah molekul glukosa pada rantai amilosa
berkisar antara 250-350 unit.
Amilopektin merupakan polisakarida bercabang, dengan ikatan
glikosidik -1,4 pada rantai lurusnya dan ikatan -1,6 pada percabangannya
(Gambar 3). Titik percabangan amilopektin lebih banyak dibandingkan
dengan amilosa (Dziedzic dan Kearsley 1995).
Komposisi amilosa dan amilopektin di dalam biji jagung terkendali
secara genetik. Secara umum, baik jagung yang mempunyai tipe
endosperma gigi kuda (dent) maupun mutiara (flint), mengandung amilosa
25-30% dan amilopektin 70-75%. Namun jagung pulut (waxy maize) dapat
mengandung 100% amilopektin. Suatu mutan endosperma yang disebut
amylose-extender (ae) dapat menginduksi peningkatan nisbah amilosa
sampai 50% atau lebih. Gen lain, baik sendiri maupun kombinasi, juga dapat
memodifikasi nisbah amilosa dan amilopektin dalam pati jagung.
Tabel 2. Komposisi kimia berbagai tipe jagung.
Varietas A i r A b u Protein Serat kasar L e m a k Karbohidrat
.....................................................(%).......................................................
Kristalin 10,5 1 , 7 10,3 2 , 2 5 , 0 70,3
Floury 9 , 6 1 , 7 10,7 2 , 2 5 , 4 70,4
Starchy 11,2 2 , 9 9 , 1 1 , 8 2 , 2 72, 8
Manis 9 , 5 1 , 5 12,9 2 , 9 3 , 9 69,3
Pop 10,4 1 , 7 13,7 2 , 5 5 , 7 66,0
H i t a m 12,3 1 , 2 5 , 2 1 , 0 4 , 4 75,9
Srikandi Putih*) 10,08 1,81 9,99 2,99 5,05 73,07
Srikandi Kuning*) 11,03 1,85 9,95 2,97 5,10 72,07
Anoman* ) 10,07 1,89 9,71 2,05 4,56 73,77
Lokal pulut*) 11,12 1,99 9,11 3,02 4,97 72,81
Lokal nonpulut*) 10,09 2,01 8,78 3,12 4,92 74,20
Bisi 2**) 9,70 1,00 8,40 2,20 3,60 75,10
L a m u r u * * ) 9,80 1,20 6,90 2,60 3,20 76,30
Sumber: Cortez dan Wild-Altamirano (1972) dalam Widowati et al. (2005).
*)Suarni dan Firmansyah (2005).
**)Suharyono et al. (2005).
414 Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan
Amilopektin berpengaruh terhadap sifat sensoris jagung, terutama tekstur
dan rasa. Pada prinsipnya, semakin tinggi kandungan amilopektin, tekstur
dan rasa jagung semakin lunak, pulen, dan enak. Komposisi tersebut juga
berpengaruh terhadap sifat amilografinya. Kandungan amilosa beberapa
varietas lokal dan unggul nasional dapat dilihat pada Tabel 3 (Suarni 2005).
Protein
Protein terkonsentrasi pada lembaga, terdiri atas lima fraksi, yaitu fraksi
albumin, globulin, dan nitrogen nonprotein berturut-turut adalah 7%, 5%,
dan 6% dari total nitrogen. Fraksi prolamin larut di dalam 55% isopropanol
dan isopropanol dengan merkaptoetanol (ME) sebesar 52% dari total
nitrogen. Konsentrasi terbesar, yaitu 42% dan 10%, lainnya adalah prolamin 2 atau
zein 2. Fraksi glutelin 2 sebanyak 8% diekstrak dengan larutan alkalin pH 10
dengan 0,6% ME, sedangkan glutelin 3 sebesar 17%, diekstrak dengan buffer
yang sama namun ditambah 0,5% sodium dedosil sulfat. Sisanya sekitar 5%
adalah residu nitrogen.
Tabel 4 menunjukkan hasil fraksinasi dari jagung biasa (varietas Tuxpeòo-
1) dan QPM (varietas Blanco Detando-1). Fraksi II dan III adalah zein I dan
zein II, di mana zein I (fraksi II) pada Tuxpeòo-1 jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan QPM. Kadar protein larut alkohol sangat rendah pada jagung muda,
dan meningkat seiring dengan bertambahnya ketuaan biji. Analisis asam
amino dari fraksi-fraksi tersebut menunjukkan bahwa fraksi zein mengandung
lisin sangat rendah dan terbatas triptofannya. Karena fraksi zein
mencapai 50% dari total protein biji, berarti kandungan kedua asam amino
tersebut di dalam protein jagung juga rendah. Di lain pihak, fraksi albumin,
globulin, dan glutelin mengandung lisin dan triptofan relatif tinggi. Hal lain
yang penting pada fraksi zein adalah kandungan leusin yang tinggi, asam
amino yang berimplikasi defisiensi isoleusin (Patterson et al. 1980).
Tabel 4. Distribusi fraksi protein pada jagung biasa dan QPM (biji utuh).
Jagung QPM Jagung biasa
Fraksi
Protein (mg) Protein %) Protein (mg) Total protein (%)
I 6,65 31,5 3,21 16,0
I I 1,25 5 , 9 6,18 30,8
III 1,98 9 , 4 2,74 13,7
I V 3,72 1 , 6 2,39 12,0
V 5,74 27,2 4,08 20,4
Residu 1,76 8 , 3 1,44 7 , 1
Sumber: Ortega et al. (1986)
Tabel 3. Kandungan amilosa biji jagung dari beberapa varietas.
Varietas Amilosa (%) Amilopektin(%)
Srikandi Putih 31,05 68,95
Srikandi Kuning 30,14 69,86
Anoman 29,92 70,08
Lokal nonpulut 28,50 71,50
Lokal pulut 4 , 2 5 95,75
Sukmaraga 34,55 65,45
Sumber: Suarni (2005).
416 Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan
QPM berbeda dari jagung biasa dalam distribusi kadar lima fraksi
tersebut (Tabel 4). Perkembangan perubahan komposisi tersebut dipengaruhi
oleh genotipe dan kondisi pertanaman. Gen opaque-2 menurunkan
konsentrasi zein sampai 30%, dampaknya adalah kandungan lisin dan
triptofan pada jagung QPM lebih tinggi dibandingkan dengan jagung biasa.
Mutu gizi jagung sebagai bahan pangan ditentukan oleh asam amino
penyusun protein. Jagung biasa mengandung lisin dan triptofan lebih rendah
dibanding jagung QPM. Jagung biasa mengandung leusin yang tinggi,
sebaliknya pada jagung QPM rendah. Kadar asam amino penyusun protein
biji jagung varietas Srikandi Kuning, Srikandi Putih, dan lokal disajikan pada
Tabel 5.
Malnutrisi pada umumnya berkaitan dengan defisiensi energi, protein,
dan zat gizi lainnya karena asupan gizi yang tidak tercukupi dari menu makan
sehari-hari. Di negara berkembang, menu makan umumnya kekurangan
energi dan protein. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan anak-anak
dan mereka lebih rentan terhadap penyakit (Wardlaw 1999).
Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah
beras. Jagung banyak ditanam dan dikonsumsi terutama di daerah marjinal.
Komoditas pangan ini mempunyai kadar dan mutu protein yang relatif
rendah, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan protein masyarakat
kurang mampu, apalagi bagi mereka yang kekurangan gizi. Prevalensi
Asam amino Srikandi Putih Srikandi Kuning Lokal nonpulut
Aspartat 0,83 0,86 0,44
Glutamat 2,28 2,27 0,64
Serin 0,48 0,46 0,19
Histidin 0,45 0,43 0,49
G l i s i n 0,53 0,52 0,20
Threonin 0,34 0,31 0,11
A r g i n i n 0,60 0,58 0,20
Alanin 0,89 0,87 0,19
Tirosin 0,36 0,34 1,05
Methionin 0,28 0,27 0,38
Va l i n 0,53 0,52 0,44
Fenilalanin 0,54 0,55 1,58
I-Leusin 0,48 0,49 0,13
Leusin 1,41 1,39 0,24
L i s i n 0,43 0,43 0,20
Triptofan 0,13 0,12 0,04
Kekurangan kalori protein (KKP) di pedesaan Afrika dan Amerika Latin
menggambarkan ketidakcukupan asupan gizi dari diet berbasis jagung
(Brown et al. 1988)
Penelitian untuk meningkatkan nilai gizi jagung telah dilakukan oleh
berbagai lembaga nasional dan internasional (Vasal 2001). Centro Internacional
de Mejoramiento de Maiz y Trigo (CIMMYT) telah memproduksi
jagung khusus yang merupakan kombinasi dari jagung yang mempunyai
mutu gizi sangat bagus opaque-2 dengan struktur biji jagung konvensional
yang diberi label quality protein maize (QPM). Beberapa genotipe QPM telah
ditanam di Sulawesi Selatan untuk mengetahui tipe yang paling sesuai
dengan kondisi lokal (Suharyono et al. 2005).
Keunggulan jagung QPM terutama kandungan lisin dan triptofannya
lebih tinggi dibanding jagung biasa. Meskipun QPM mengandung protein
relatif sama dengan jagung biasa, namun pemanfaatan protein tersebut di
dalam tubuh 2-3 kali lipat dibanding jagung biasa karena mutu dan nilai
biologi proteinnya jauh lebih tinggi (Brown et al. 1988).
Orang dewasa hanya memerlukan protein setengah lengkap, tetapi yang
sangat memerlukan protein lengkap adalah anak-anak usia tumbuh, usia
di bawah lima tahun, ibu hamil dan menyusui. Kekurangan dari jagung
biasa untuk dikonsumsi sebagai pangan adalah rendahnya kadar asam
amino lisin dan triptofan. Jagung QPM mengandung asam amino lisin dan
triptofan yang berimbang/memadai. Asam amino lisin dan triptofan termasuk
asam amino esensial.
Masyarakat yang mengonsumsi jagung sebagai pangan pokok dapat
terhindar dari busung lapar, tetapi rawan gizi, kecuali bila jagung dikonsumsi
dengan kacang-kacangan. Kandungan asam amino lisin pada jagung
rendah, sedangkan pada kacang-kacangan tinggi. Sebaliknya, kandungan
asam amino metionin dalam jagung tinggi sedangkan dalam kacangkacangan
rendah. Jadi kedua bahan pangan tersebut dapat saling
melengkapi asam amino tersebut.
Kandungan protein biji jagung pada umumnya 8-11%, dengan kandungan
asam amino lisin 0,05% dan triptofan 0,225%. Angka ini kurang dari
separuh konsentrasi yang dianjurkan oleh WHO/FAO (1985, dalam Widowati
et al. 2005), bahwa jagung QPM mengandung lisin 0,11% dan triptofan
0,475%.
Lemak
Terkonsentrasi pada lembaga, kandungan lemak biji jagung terkendali
secara genetik, berkisar antara 3-18%. Komposisi asam lemak pada beberapa
418 Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan
jagung dari Guatemala dapat dilihat pada Tabel 6. Kandungan asam lemak
jenuh pada minyak jagung relatif rendah, yaitu asam palmitat 11% dan asam
stearat 2%. Sebaliknya, kandungan asam lemak tidak jenuhnya cukup tinggi,
terutama asam linoleat yang mencapai 24%, sedangkan asam linolenat dan
arakhidonatnya sangat kecil.
Minyak jagung relatif stabil karena kandungan asam linolenatnya sangat
kecil (0,4%) dan mengandung antioksidan alami yang tinggi. Mutu minyak
jagung cukup tinggi karena distribusi asam lemaknya yang berimbang,
terutama oleat dan linoleat. Berdasarkan informasi tersebut, maka nilai gizi
biji jagung utuh lebih tinggi dibanding dengan biji jagung yang telah
dihilangkan lembaganya.
Serat Pangan
Serat pangan memegang peran penting dalam memelihara kesehatan
individu. Oleh karena itu, serat pangan merupakan salah satu komponen
pangan fungsional yang dewasa ini mendapat perhatian masyarakat luas.
Serat pangan berbentuk karbohidrat kompleks yang banyak terdapat di
dalam dinding sel tumbuhan. Serat pangan tidak dapat dicerna dan diserap
oleh saluran pencernaan manusia, tetapi memiliki fungsi yang sangat penting
bagi pemeliharaan kesehatan, pencegahan berbagai penyakit, dan sebagai
komponen penting dalam terapi gizi. Komponen ini meliputi polisakarida
Tabel 7. Kandungan asam lemak jenuh dan tidak jenuh biji jagung.
Varietas Asam lemak jenuh Asam lemak tidak jenuh
( % ) ( % )
Srikandi Putih 1,10 2,31
Srikandi Kuning 1,61 5,06
Sumber: Suarni dan Firmansyah (2006).
Tabel 6. Kandungan asam lemak beberapa varietas jagung Guatemala dan QPM Nutricta.
Varietas Palmitat Stearat Oleat Linoleat Linolenat
C16:0 C18:0 C18:1 C18:2 C18:3
............................................(%)............................................
QPM Nutricta 15,71 3,12 36,45 43,83 0,42
Azotea 12,89 2,62 35,63 48,85 -
Xetzoc 11,75 3,54 40,07 44,65 -
Tropical White 15,49 2,40 34,64 47,47 -
Santa Apolonia 11,45 3,12 38,02 47,44 -
yang tidak dapat dicerna, seperti selulosa, hemiselulosa, oligosakarida,
pektin, gum, dan waxes (Sardesai 2003, Astawan dan Wresdiyati 2004).
Serat pangan mempengaruhi asimilasi glukosa dan mereduksi kolesterol
darah. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa serat tanaman tertentu
menghambat penyerapan karbohidrat dan menghasilkan postprandial
glikemik yang rendah. Peningkatan serat pangan di dalam diet berkaitan
dengan reduksi resistensi insulin. Penambahan serat pangan yang berasal
dari serealia, kacang-kacangan, dan sayuran, sangat bermanfaat bagi
penderita diabetes (Sardesai 2003).
Serat pangan terdiri atas yang larut air dan tidak larut air. Fungsi serat
pangan larut terutama adalah memperlambat kecepatan pencernaan dalam
usus, memberikan rasa kenyang yang lebih lama, dan memperlambat
kemunculan glukosa darah, sehingga insulin yang dibutuhkan untuk
mentransfer glukosa ke sel-sel tubuh dan diubah menjadi energi semakin
sedikit. Fungsi tersebut sangat dibutuhkan bagi penderita diabetes. Fungsi
utama serat pangan tidak larut adalah mencegah timbulnya berbagai
penyakit, terutama yang berhubungan dengan saluran pencernaan, antara
lain wasir, divertikulosis, dan kanker usus besar (Eckel 2003, Astawan dan
Wresdiyati 2004).
Jagung mengandung serat pangan yang tinggi. Kandungan karbohidrat
kompleks pada biji jagung, terutama pada perikarp dan tipkarp, juga terdapat
pada dinding sel endosperma dan dalam jumlah kecil pada dinding sel
lembaga (Tabel 8). Perbedaan antara serat pangan larut dan tidak larut sangat
kecil, meskipun nutrisi QPM mempunyai total kadar serat pangan yang lebih
tinggi dibanding jagung biasa, terutama karena kadar serat pangan tidak
larutnya tinggi.
Selain dapat membantu mencegah kanker, terutama kanker usus, serat
pangan juga dapat membantu menurunkan kolesterol total dan LDL, serta
kadar glukosa darah. Dilaporkan bahwa kulit ari (bran) jagung terdiri atas
75% hemiselulosa, 25% selulosa, dan 0,1% lignin (bk). Kadar serat pangan
pada jagung tanpa kulit ari (dehulled) sangat rendah dibanding biji utuh.
Tabel 8. Kandungan serat pangan larut dan tidak larut pada jagung biasa dan QPM.
Serat pangan (%)
Tipe jagung
Tidak larut Larut Total
Dataran tinggi 10,94 ± 1,26 1,25 ± 0,41 12,19 ± 1,30
Dataran rendah 11,15 ± 1,08 1,64 ± 0,73 12,80 ± 1,47
Nutricta QPM 13,77 1,14 14,91
Sumber: Bressani (1990).
420 Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan
Karbohidrat Lain
Dalam keadaan cukup tua, biji jagung mengandung karbohidrat dalam
jumlah kecil. Gula total pada jagung berkisar antara 1-3%. Sukrosa merupakan
komponen utama dan terkonsentrasi pada lembaga. Monosakarida,
disakarida, dan trisakarida terdapat pada konsentrasi yang cukup tinggi di
dalam biji jagung yang sudah tua. Pada 12 hari setelah polinasi, kandungan
gula relatif tinggi dan kadar pati rendah. Seiring dengan meningkatnya
ketuaan biji jagung, kandungan gula menurun dan kadar pati meningkat.
Oleh sebab itu, jagung muda yang dikonsumsi langsung lebih disukai
daripada jagung tua, karena lebih manis.
Mineral
Biji jagung mengandung abu sekitar 1,3%, sedikit di bawah serat kasarnya.
Kadar mineral jagung dapat dilihat pada Tabel 9. Kadar mineral mungkin
dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Lembaga mengandung mineral yang jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan endosperma. Kandungan mineral utama adalah fosfor, dalam
bentuk kalium dan magnesium fitat, dan keberadaannya terkonsentrasi pada
lembaga.
Kandungan Fe dalam biji beragam bergantung pada warna biji. Jagung
kuning-oranye mengandung Fe lebih tinggi dibanding jagung kuning, sedangkan
jagung putih memiliki kandungan Fe sangat rendah. Kadar Fe jagung
kuning galur SATP.2(S1)C6, galur MSK2(RRS)C1, dan varietas Kresna berkisar
antara 3,4-3,6 mg/100 g, lebih tinggi dibanding jagung kuning lainnya dengan
kandungan Fe hanya 2,2-2,7 mg/100 g.
Tabel 9. Kandungan mineral pada biji jagung.
M i n e r a l Konsentrasi (mg/100 g)
P 299,6 ± 57,8
K 324,8 ± 33,9
Ca 48,3 ± 12,3
M g 107,9 ± 9 , 4
N a 59,2 ± 4 , 1
Fe 4,8 ± 1 , 9
Cu 1,3 ± 0 , 2
M n 1 , 0 ± 0 , 2
Z n 4 , 6 ± 1 , 2
Sumber: Bressani (1990).
Suarni dan Widowati: Struktur, Komposisi, dan Nutrisi Jagung 421
Kandungan Ca biji berkisar antara 20,1-28,7 mg/100g, terendah pada
galur MSK2(RRS)C1 dan tertinggi pada varietas lokal. Kadar Ca biji jagung
putih lebih tinggi dibanding jagung kuning, yang kandungan Ca-nya ratarata
22,37 mg/100g.
Kandungan P biji 14 varietas/galur jagung rata-rata 245 mg/100g dengan
kisaran 230-260 mg/100g, terendah pada Tuxpeno-Sequia(S1)C6 dan
tertinggi pada SATP 2(S1)C6. Kandungan K berkisar antara 275-305 mg/
100g, hal ini menunjukkan kandungan K biji jagung relatif tinggi. Mineral
(Ca, K, Na) banyak terdapat dalam bahan makanan dengan bentuk organik,
sedangkan S biasanya dalam bentuk asam amino yang mengandung S dan
P dalam nukleotida (Linder 1992).
Vitamin
Vitamin larut lemak. Jagung mengandung dua vitamin larut lemak, yaitu
provitamin A atau karotenoid dan vitamin E. Karotenoid umumnya terdapat
pada biji jagung kuning, sedangkan jagung putih mengandung karotenoid
sangat sedikit, bahkan tidak ada. Sebagian besar karotenoid terdapat dalam
endosperma. Lembaga hanya mengandung sedikit karotenoid. Betakaroten
sangat penting sebagai sumber vitamin A. Kandungan karotenoid pada
jagung biji kuning berkisar antara 6,4-11,3 g/g, 22% di antaranya adalah
betakaroten dan 51% kriptosantin. Kadar vitamin A jagung biji kuning 1,5-
2,6 g/g. Karotenoid pada jagung kuning rentan terhadap kerusakan selama
Tabel 10. Kandungan mineral biji beberapa varietas/galur jagung.
Varietas/galur Fe Ca P K
............................... mg/100 g ................................
AMATL(HS)C2 2 , 4 24,2 2 5 0 3 0 0
Bisma(S1)C1 2 , 6 22,2 2 4 0 2 8 0
BK(HS)C2 2 , 4 24,2 2 5 5 3 0 0
MSK2 (RRS)C1 3 , 6 20,1 2 4 5 2 9 0
SATP-1(S2)C6 3 , 5 23,5 2 4 8 2 8 5
Pool-2(S1)C8 2 , 4 22,3 2 4 4 2 9 5
Maros Sintetik-1.C1 2 , 4 20,4 2 5 0 3 0 5
SATP-2(S1)C6 3 , 4 22,4 2 6 0 3 1 0
Tuxpeno-Sequia(S1)C6 - 25,6 2 3 0 2 8 0
Maros Sintetik-2.C1Fl - 24.4 2 5 0 2 8 5
Gumarang 2 , 7 20,8 2 3 0 2 7 5
Kresna 3 , 6 23,8 2 4 5 2 9 5
L a m u r u 2 , 5 22,2 2 5 0 2 9 0
Koasa (lokal) - 28,7 2 3 3 3 0 0
- = tidak terukur
Sumber: Suarni (2002).
422 Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan
penyimpanan. Vitamin larut lemak lainnya, yaitu vitamin E, juga
terkonsentrasi di dalam lembaga. Empat macam tokoferol merupakan
sumber vitamin E, dan -tokoferol mempunyai aktivitas biologi yang paling
tinggi, sedangkan -tokoferol kemungkinan lebih aktif sebagai antioksidan
dibanding -tokoferol.
Vitamin larut air. Kandungan vitamin larut air pada biji jagung paling
banyak terdapat pada lapisan aleuron, kemudian pada lembaga dan
endosperma. Informasi distribusi tersebut penting dalam pengolahan,
sehingga dapat diketahui tahap di mana kehilangan vitamin yang larut dalam
air. Tiamin (vitamin B1) dan riboflavin (vitamin B2) merupakan vitamin larut
air utama di dalam biji jagung. Asam nikotinat (vitamin B3) berkaitan dengan
defisiensi niasin atau pelagra, yang banyak terjadi pada populasi yang
mengonsumsi jagung dalam jumlah besar. Niasin terdapat dalam bentuk
ikatan, dan tidak terdapat pada komoditas hewani. Konsumsi jagung sering
dikaitkan dengan kejadian pelagra akibat kandungan niasin pada jagung
sangat sedikit, meskipun ketidakseimbangan asam amino, seperti nisbah
leusin terhadap isoleusin, dan ketersediaan triptofan juga merupakan faktor
penting (Patterson et al. 1980).
Jagung tidak mengandung vitamin B12 (cobalamin). Biji tua mengandung
sangat sedikit asam askorbat (vitamin C) dan piridoksin (vitamin
B6). Vitamin lainnya yang terdapat dalam jumlah sedikit yaitu asam kholat,
folat, dan pantotenat.

C.ZAT ASIKLOVIR

Asiklovir (ay-SYE-kloe-veer) merupakan obat antivirus yang digunakan untuk mengobati infeksi akibat virus. Biasanya obat-obatan ini bekerja pada satu jenis atau kelompok dari infeksi virus. Asiklovir digunakan untuk mengobati gejala-gejala cacar air (varisela), herpes zoster, infeksi virus herpes pada genital, kulit, otak, dan membran mukosa (bibir dan mulut), serta infeksi virus herpes pada neonatus. Asiklovir juga digunakan untuk mencegah infeksi herpes genital kambuhan (rekuren). Walaupun asiklovir tidak mengobati herpes, tetapi obat ini dapat mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan dan menghilangkan rasa sakit (jika ada) dengan cepat. Asiklovir juga dapat digunakan pada infeksi virus yang lainnya, akan tetapi obat ini tidak dapat digunakan pada infeksi virus yang pasti seperti pada common cold.


























BAB III
METODE PENULISAN


A. Tempat Penelitian

Bahwa tempat penelitian yang kami pilih telah kami tetapkan berdasarkan musyawarah antara tim peneliti dengan Pembimbing kami sebagai berikut :
Lokasi penelitian uji kandungan zat pada jagung untuk menyembuhkan penyakit cacar air dilakukan di sekolah SMPN 1 Jetis Ponorogo bersama guru pembimbing kami, agar lebih mudah dalam melakukan koordinasi dalam pembuatan karya tulis ini.

B. Perencanaan Penelitian
Tabel 1
Perencanaan Pembuatan Rancang Bangun Percobaan
No Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan Keterangan
1 Persiapan membeli bahan dan mencari kajian pustaka Tanggal 1 April 2009 s/d
Tanggal 7 April 2009
Kesesuaian\ketepatan pelaksanaan penelitian dengan perencanaan
2 Pengujian kandungan zat
Tanggal 8 April 2009 s/d
Tanggal 22 April 2009 Kesesuaian\ketepatan pelaksanaan penelitian dengan perencanaan
3 Mengolah data dan pembuatan karya tulis
Tanggal 23April 2009 s/d
Tanggal 13 Mei 2009 Kesesuaian\ketepatan pelaksanaan penelitian dengan perencanaan

Tabel 2
Kegiatan Pembuatan Rancang Bangun Percobaan
No Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan Keterangan
1 Persiapan membeli bahan dan mencari kajian pustaka Tanggal 1 April 2009 s/d
Tanggal 7 April 2009
Sesuai dengan perencanaan
2 Pengujian kandungan zat
Tanggal 8 April 2009 s/d
Tanggal 22 April 2009 Sesuai dengan perencanaan
3 Mengolah data dan pembuatan karya tulis
Tanggal 23April 2009 s/d
Tanggal 13 Mei 2009 Sesuai dengan perencanaan

C. Alat dan bahan yang diperlukan
Alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan rancang bangun adalah sebagai berikut :

Tabel 3
Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Pengujian kandungan zat pada jagung































DAFTAR PUSTAKA

1. Cipto Utama, 1987. Petunjuk Praktek Pengontrolan Motor Listrik Di Industri, Jakarta, CV. Bahana Yudha.
2. www.trensains.com
3. www.store.fundamentallogic.com
4. www.forum.softpedia.com
5. www.soldafria.com.br
6. www.parts.digikey.com
7. www.bkbelectronics.com
8. www.germes-online.com
9. www.thereefshop.com.au
10. www.mellcon.com






















DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Lutfi Muthiatu Diniah
Tempat, tgl. lahir : Ponorogo, 30 Agustus 1996
Alamat : RT.01/RW.01 Dsn. Kleco Ds. Sawoo Kec. Sawoo
Kab. Ponorogo
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Hobi : Mendengarkan musik, membaca buku
Telp./ HP : 08815532463
Karya Ilmiah yang pernah dibuat : -
Penghargaan Ilmiah yang pernah diraih : -


2. Nama : Mahmuda Nur Komariyah
Tempat, tgl lahir : Ponorogo, 23 Desember 1996
Alamat : RT.01/RW.02 Dsn. Krajan Ds. Bringin Kec.
Kauman Kab. Ponorogo
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Hobi : Membaca buku, bermain komputer
Telp./ HP : 081335263672
Karya Ilmiah yang pernah dibuat : -
Penghargaan Ilmiah yang pernah diraih : -




3. Nama : Nadhifa Zulfa Salsabila
Tempat, tgl lahir : Ponorogo, 29 Juni 1996
Alamat : RT 01, RW 01 Dsn. Tamansari Ds. Sambit Kec.
Sambit Kab. Ponorogo
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Hobi : Menulis cerpen, puisi
Telp./ HP : 081938703065
Karya Ilmiah yang pernah dibuat : -
Penghargaan Ilmiah yang pernah diraih : -

























ISI DAN PEMBAHASAN


A. Analisis Percobaan
1. Rangkaian Blok-1.
 Catu daya tegangan berasal dari tegangan AC 220 volt yang diturunkan oleh transformator step down menjadi tegangan AC 12 volt. Tegangan dirubah dari AC 12 volt menjadi DC 12 volt oleh dioda silikon tipe 1N4002 sistem jembatan. Keluar dari dioda jembatan tersebut tegangan disimpan oleh elco 3200uF/16v dan distabilkan oleh IC LM7812 menjadi 12 volt DC.

2. Rangkaian Blok-2.
 Ketika air kolam mencapai ketinggian minimal dan menyentuh sensor-2 tetapi belum menyentuh sensor-3, maka arus tidak mengalir dari A1 ke A6 melainkan akan mengalir ke A3. Karena A3 mendapat positif tegangan, maka Basis transistor BD139 (NPN) akan mengalirkan arus dari Colector ke Emitor sehingga kontak relay NO (Normally Open) akan menggerakkan Water-Pump untuk mengisi kolam sampai batas ideal.
 Ketika air kolam mencapai ketinggian ideal dan menyentuh sensor-3, maka arus tidak mengalir dari A1 ke A3 lagi, melainkan akan mengalir ke A6. Hal ini dikarenakan sensor-3 men-trigger Gate pada SCR FIR3D yang menghubungkan Anoda ke Katoda. Sehingga kontak relay NO (Normally Open) tidak mendapat tegangan dan Water-Pump mati.



3. Rangkaian Blok-3.
 Ketika hujan turun, air kolam mencapai ketinggian maksimal dan menyentuh sensor-5, maka arus tidak mengalir dari B1 ke B3 melainkan akan mengalir ke B6. Karena di B3 ada hambatan VR2, maka arus akan lebih condong ke B6, sehingga Basis transistor BD139 tidak dapat switch-on. Akibatnya relay-2 tidak bekerja. Selanjutnya kontak relay NC (Normally Close) akan menggerakkan Solenoid-Valve untuk membuka katub air kolam sampai batas ideal.
 Ketika air kolam mencapai ketinggian ideal dan menyentuh sensor-4, maka tegangan tidak mengalir dari B1 ke B6 lagi, melainkan akan mengalir ke B3. Hal ini dikarenakan sensor-5 tidak mendapat trigger pada Gate SCR FIR3D yang menghubungkan Anoda ke Katoda. Sehingga kontak relay NC (Normally Close) mendapat tegangan dan Solenoid-Valve mati.

4. Rangkaian Blok-4.
 Ketika Relay-1 hidup untuk menggerakkan Water-Pump, maka lampu indikator LED menyala MERAH.
 Ketika Relay-1 mati untuk mematikan Water-Pump, maka lampu indikator LED menyala HIJAU.
 Ketika Relay-2 hidup untuk mematikan Solenoid-Valve, maka lampu indikator LED menyala HIJAU.
 Ketika Relay-2 mati untuk menghidupkan Solenoid-Valve, maka lampu indikator LED menyala MERAH.

5. Rangkaian Blok-5.
 Untuk menggerakkan Water-Pump dan Solenoid-Valve menggunakan tegangan AC 220 volt dan menggunakan kontak relay sebagai switch-nya.




B. Kesimpulan
1. Rangkaian Blok-1.
Rangkaian percobaan kami menggunakan tegangan 12 volt DC.

2. Rangkaian Blok-2.
Ketika air kolam mencapai ketinggian minimal, maka Water-Pump akan mengisi kolam sampai batas ideal.

3. Rangkaian Blok-3.
Ketika hujan turun, air kolam mencapai ketinggian maksimal, maka Solenoid-Valve untuk membuka katub air kolam sampai batas ideal.

4. Rangkaian Blok-4.
Lampu indikator LED akan menyala MERAH jika Water-Pump atau Solenoid-Valve bekerja dan menyala HIJAU jika Water-Pump atau Solenoid-Valve tidak bekerja

5. Rangkaian Blok-5.
Untuk menggerakkan Water-Pump dan Solenoid-Valve menggunakan tegangan AC 220 volt dan menggunakan Relay sebagai switch-nya.


C. Saran
1. Diperlukan percobaan lebih lanjut untuk mengembangkan sistem pengaturan air otomatis pada kolam ikan dengan rangkaian elektronik ini, supaya lebih baik lagi seperti dengan menggunakan rangkaian mikrokontroler.
2. Diperlukan adanya sosialisasi kepada masyarakat khususnya petani ikan agar percobaan kami ini dapat diimplementasikan pada kolam ikan yang sesungguhnya.